Semakin tak mengerti kenapa banyak pemikiran anarki yang terlintas kala petang tak lagi larut dalam sunyi senja..senyap menipu diri yang tak pasti ada..
Aku berjalan seraya menapak dalam keheningan..sendiri tanpa siapapun
Berlari dari kenyataan pun tidak..tapi mengapa aku tak tenang dalam duniaku sendiri
Wahai kau pencuri hati..
Jangan kau lukai aku terlalu dalam..walaupun merah ini tak menetes untuk peluhmu
Aku juga ingin tersenyum ketika embun pagi kurasakan dingin dalam genggaman tanganku
Ah..entahlah..ini hanya sebuah ilusi..tanpa kita larutkan dalam kabut biru
Tertunduk untuk sebuah sesal..dan masih ku coba menatap untuk sebuah bingkisan semangat tersirat
Walaupun kurasa ciut..dan semakin ciut..dan aku pasrah..
Tapi itupun tak harus ku tatapkan penyesalan dihadapanmu
Sedang kau hanya tersenyum ketika semua ini ada
Aku benci kau dengan semua cinta yang terlahir..aku benci semua kebohongan yang merenggut senyum-senyum lepas seorang penyair..
Haru biruku akan dirimu..tak lagi lelah ini terkembang
Menutup mata..hati..telinga..dan mencoba berkejar untuk sebuah jawab dari relung jiwa yang usang
Dia..kamu..mereka..dan semua yang ada dan tak mungkin serupa
Ketika manusia hanyalah seonggok daging kesalahan yang terlampiaskan lewat keadaan..
Dan aku pun tak tau itu..hanya coba untuk bergumam tanpa ada sedikit suara menyapa..
It was nobodys perfect..