Embun dingin masih menusuk dikeheningan pagi ketika kaki rentanya menginjakkan tanah merah kota yang tak pernah mati.Membawa beberapa harapan untuk mengais sebutir nasi kala pagi,siang n malamnya..gerobak usang layak sampah dituntunnya perlahan..memasuki jalanan kota yang tak pernah perdulikan ia..berdiri menatap lampu kota yang masih memancar remang..digoreskannya kanvas kesayangan dan diberikannya keindahan sebagai citra bersih yang ia pegang. Keluhnya kadang tak berarti ketika surya tlah benar terpancar..lalu lalang kota dengan manusia yang tak ubah seperti semut keluar sarang..''haha..hihi dan tergeletaklah seonggok sampah tanpa tanggung jawab,menyisir kembali dan memoles tanpa henti kanvas pak tua untuk taman kota. Hidup untuk sebuah keikhlasan mengabdi walaupun mungkin tak cukup layak baginya.''Hai..pak tua jangan kau resahkan hidupmu sekarang karena kau adalah seorang mulia daripada mereka yang berfoya dengan sebuah kata bertopeng janji buta tanpa realita..pegang selalu senyum ikhlasmu tuk dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar