Rabu, 10 Agustus 2011
Pemulung Kecil
"Malam kelu..malam bisu..
Malam..malam tanpa seruan itu..
Orang-orang berlalu..dan suara takbir pun tlah bertalu
Tapi aku hanya bisu..
Kulangkahkan kaki mungilku..dan berlalu
Melewati sekian waktu
Untuk setiap pundi-pundi sampah yang kan penuhi kantong kecilku
Tapi malam ini aku harus pilu..
Karena tampaknya tak sekaleng pun ku temu
Huft...aku tak boleh menggerutu..
Tetap menatap setiap sudut yang tak terjamah itu
Siapa tau disitulah keberuntunganku..
Yang kan kembangkan senyum kecil untuk mamahku.."
Sebuah puisi singkat untuk sebuah sisi lain dari kehidupan kita..
Mereka ada..dan mereka memang nyata..
Satu malam selepas shalat tarawih aku lihat bocah kecil itu.
Masih gesit tanpa lelah..
Berjalan menyusuri jalanan tanpa lelah..
Bocah kecil yang kira-kira berusia 7tahun itu..
Kenapa kau tak pulang kerumahmu sayang??
Ini sudah malam??
Sedang orang-orang saja sudah berleha-leha sambil menonton acara tv
Dan kau masih disini..
Pilu rasanya melihat hal seperti itu..
Dimana keluargamu nak??
Apa mereka tak mencarimu?
Hakmu sebagai bocah kecil seperti terenggut oleh keadaan yang sempit dan semakin membuatmu dan keluargamu terjepit..
Dan tak ada pilihan untuk dipilih..
Tuhan..jika saja tangan ini dapat membantu mereka?
Tapi aku tak punya sebanyak itu..aku hanya mampu memberi selewat untuk pengganjal perut saja..
Jika dunia ini masih berputar..tempatkanlah suatu saat bocah kecil ini di atas
Menggapai cita-cita mereka dengan cara yang berbeda..
Hingga jika aku sempat melihat..
Aku dapat melihat senyum terkembang puas dari bibir mungil mereka
Amin....
@R
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
di undang2 naagara menjamin dan melindungi mereka...
BalasHapusini msh mnjadi pertanyaan...
iya emang..negara kita belum merdeka
BalasHapus